BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Sensor dan
Transduser
1. Sensor
Sensor adalah jenis transducer yang digunakan untuik
mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan
dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan
pengukuran atau pengendalian (Tim; 2003: 6).
Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam
rangkaian elektronik antara lain sensor cahaya, sensor suhu, dan sensor
tekanan.
2. Transducer
Transducer berasal dari kata ”Traducere” dalam bahasa
latin yang berarti mengubah. Sehingga transducer dapat didefinisikan sebagai
suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke energi yang lain. Bagian
masukan dari transducer disebut “sensor”, karena bagian ini dapat mengindera
suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain
(Tim; 2003: 16).
Beberapa jenis transducer dapat diklasifikasikan
sesuai dengan prinsip pengubahan energi, sinyal keluaran, atau bidang
pemakaian. Berikut ini menunjukkan klasifikasi transducer berdasarkan prisnsip
kelistrikannya (Sugiharta; 2002: 3).
a.
Transducer pasif
Transducer pasif yaitu transducer yang dapat bekerja
bila mendapat energi tambahan dari luar. Transducer ini tidak dapat
menghasilkan tegangan sendiri tetapi dapat menghasilkan perubahan nilai resistansi,
kapasitansi, atau induktansi apabila mengalami perubahan kondisi sekeliling.
Ada
beberapa jenis transducer pasif yang dapat kita peroleh di pasaran, yaitu
transducer resistif, transducer kapasitif, transduscr induktif, dan transducer
foto.
1.
Transducer resistif
Prinsip kerja dan penerapan transducer berdasarkan
jenisnya ditampilkan pada table berikut ini.
Table
2.1
Prinsip
kerja dan penerapan transducer resistif berdasarkan jenisnya
Jenis
transducer
|
Prinsip
kerja
|
Jenis
penerapan
|
Potensio meter resistif
|
Perubahan positif (karena
gerakan eksternal) menjadi perubahan resistansi potensiometer atau rangkaian
jembatan.
|
Sensor tekanan, posisi
|
Strain Gage
|
Tekanan eksternal mengubah
resistansi penghantaran atau semi konduktor
|
Sensor berat, tekanan,
posisi.
|
RTD
(resistance temperature
detector)
|
Perubahan sushu
mempengaruhi resistansi logam murni yang mempunyai koefisien suhu positif.
|
Sensor suhu
|
Thermistor
|
Perubahan suhu mempengaruhi
resistansi logam teroksidasi yang mempunyai koefisien suhu negatif.
|
Sensor suhu
|
Hygrometer resistif
|
Resistansi elektroda turun
bila kelembapan udara disekelilingnya naik atau bertambah.
|
Sensor kelembapan
|
Psychrometer
|
Perbedaan suhu pada
electrode kering dan electrode basah menghasilkan perubahan tegangan.
|
Sensor kelembapan
|
2.
Transducer kapasitif dan transducer induktif
Prinsip kerja transducer ini adalah mengubah perubahan
besaran nonlistrik menjadi perubahan nilai kapasitansi atau nilai induktif.
Berikut ini disajikan prinsip kerja dan penerapan transducer induktif berdasarkan jenisnya.
Table
2.2
Prinsip
kerja dan penerapan transducer induktif berdasarkan jenisnya
Jenis
transducer
|
Prinsip
kerja
|
Jenis
penerapan
|
Transducer kapasitif
|
Kapasitas antara dua
dielektrik berubah, disebabkan oleh kondisi fisis seperti tinggi cairan,
komposisi larutan, tekanan ketebalan, kepadatan, aliran, dan panjang.
|
Sensor tinggi cairan,
Sensor tekanan, kepadatan ketebalan
|
Transducer induktif LVDT
(Linear variable differensial transformer)
|
Perubahan posisi inti
(cern) menyebabkan timbulnya tegangan pada kumparan skunder.
|
Sensor tekanan, posisi
|
Transducer tekanan
|
Perubahan tekanan fisis
seperti tekanan gas atau cairan menyebabkan perubahan induktansi magnetic.
|
Sensor tekanan
|
3.
Transducer foto
Transducer foto dapat mengubah besar arus listrik jika
dikenai cahaya/sinar. Aris listrik inilah yang dimanfaatkan untuk mengetahui
keadaan yang ingin diukur, misalnya gelap terangnya suatu ruangan. Kondisi lain
yang dapat diukur adalah kondisi yang memanfaatkan sinar sebagai bahan
utamanya.
Ada
beberapa jenis transducer foto dan masing-masing mempunyai prinsip kerja yang
berbeda-beda. Berikut ini disajikan table jenis-jenis transducer foto, berikut
prinsip kerja dan penerapannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Table
2.3
Prinsip
kerja dan penerapan transducer foto berdasarkan jenisnya
Jenis
transducer
|
Prinsip
kerja
|
Jenis
penerapan
|
Photokonduktif
|
Konduktivitas pada suatu
bahan berubah bila terkena cahaya.
|
|
Photodiode
|
Arus reverse berubah sesuai
intensitas cahaya pada diode tersebut.
|
Sakelar cahaya/sensor
cahaya
|
Phototransistor
|
Intensitas cahaya yang
jatuh pada transistor photo menyebabkan transistor dalam posisi cut off atau
saturasi.
|
Sakelar cahaya
|
Optocopler
|
Mengubah pulsa menjadi
sinar infra merah, sinar infra merah mentriger detector fhoto.
|
Relay, sakelar cahaya.
|
b.
Transducer aktif
Transducer aktif, yaitu transducer yang bekerja tanpa
tambahan energi dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu
sendiri. Transducer ini tidak memerlukan catu daya eksternal. Transducer ini
malah dapat menghasilkan energi lisrik. Berikut disajikan prinsip kerja dan
penerapan transducer aktif berdasarkan jenis-jenisnya.
Table
2.4
Prinsip
kerja dan penerapan transducer aktif berdasarkan jenisnya
Jenis
transducer
|
Prinsip
kerja
|
Jenis
penerapan
|
Thermokopel dan thermofile
|
Energi listrik muncul bila
sambungan dua jenis semikonduktor logam yang berbeda dikenai panas.
|
Sensor suhu, pancaran panas
|
Cell fotovoltaic
|
Energi listrik atau
tegangan muncul bila sebuah hubungan semi konduktor mendapat pancaran sinar.
|
Sensor cahaya, pembangkit
tegangan energi sinar (Solar Cell)
|
B.
Sensor
Cahaya
Sensor cahaya
adalah alat
yang digunakan untuk mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik.
Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah energi dari foton menjadi elektron.
Idealnya satu foton dapat membangkitkan satu electron (Anonim dalam http://id.wikipedia.org
...; 2010).
Sensor cahaya
berfungsi untuk mendeteksi cahaya yang ada di sekitar kita. Sensor yang
terkenal untuk mendeteksi cahaya ialah LDR (Light Dependent Resistor). Sensor ini akan berubah nilai
hambatannya apabila ada perubahan tingkat kecerahan cahaya.
Prinsip inilah yang akan kita gunakan untuk
mengaktifkan transistor untuk dapat menggerakkan triac yang berfungsi sebagai
saklar. Perubahan nilai hambatan pada LDR tersebut akan menyebabkan perubahan
beda tegangan pada input basis transistor, sehingga akan mengaktif/nonaktifkan
transistor. Penerapan lain dari sensor LDR ini ialah pada Alarm Pencuri.
Di bawah ini adalah jenis-jenis
sensor cahaya, di antaranya:
Ø Detektor
kimiawi, seperti pelat fotografis, dimana molekul silver halida
dibagi menjadi sebuah atom perak metalik dan atom halogen. Pengembang fotografis
menyebabkan terbaginya molekul yang berdekatkan secara sama.
Ø Fotoresistor
atau Light Dependent Resistor
(LDR) yang berubah resistansinya ketika dikenai cahaya.
Ø Sel
fotovoltaik
atau sel matahari yang
menghasilkan tegangan dan memberikan arus listrik
ketika dikenai cahaya.
Ø Tabung
fotomultiplier yang
mengandung fotokatoda yang
memancarkan elektron
ketika dikenai cahaya, kemudian elektron-elektron tersebut akan dikuatkan
dengan rantai dynode.
Ø Tabung cahaya yang
mengandung fotokatoda yang
memancarkan elektron
ketika dikenai cahaya, dan umumnya bersifat sebagai fotoresistor.
Ø Fototransistor
menggabungkan salah satu dari metode penyensoran di atas.
Ø Detektor
optis yang berlaku seperti termometer, secara murni tanggap terhadap pengaruh
panas dari radiasi yang masuk, seperti detektor piroelektrik, sel Golay, termokopel
dan termistor,
tapi kedua yang terakhir kurang sensitif.
Ø Detektor cryogenic
cukup tanggap untuk mengukur energi dari sinar-x tunggal, serta foton cahaya
terlihat dan dekat dengan inframerah (Enss 2005).
Berikut kita bahas beberapa dari sensor cahaya yang
paling umum/sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Fotovoltaic
atau sel solar
Adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi
energi listrik. Sel solar silicon yang modern pada dasarnya adalah sambungan PN
dengan lapisan P yang transparan. Jika ada cahaya pada lapisan transparan P
akan menyebabkan gerakan electron antara bagian P dan N, jadi menghasilkan
tegangan DC yang kecil sekitar 0,5 volt per sel pada sinar matahari penuh. Sel
fotovoltaic adalah jenis transducer sinar/cahaya (Tim; 2003: 6).
2. Foto
konduktif
Energi yang jatuh pada sel fotokonduktif akan menyebabkan perubahan
tahanan sel. Apabila permukaan alat ini gelap maka tahanan akan menjadi tinggi.
Ketika menyala dengan terang tahanan turun pada tingkat harga yang rendah (Tim;
2003: 7).
C.
Komponen-Komponen
Elektronika
1.
Resistor
Resistor
adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus
yang mengalir dalam suatu rangkaian. Resistor dilambangkan dengan huruf R.
Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan
karbon. Dari hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah
arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut
Ohm atau dilambangkan dengan symbol Ω (Omega).
a.
Macam-Macam
Resistor Sesuai Dengan Bahan dan Konstruksinya.
Berdasarkan
jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi
resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam. Resistor arang dan
resistor oksida logam berdasarkan susunannya dikenal dengan resistor komposisi
dan resistor film.
Dalam
pemasaran resistor dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: resistor tetap (fixed
resistor) dan resistor variable (resistor tidak tetap). Ukuran relatif semua
tahanan tetap dan tidak tetap berubah terhadap rating daya (jumlah watt),
penambahan ukuran untuk meningkatkan rating daya agar dapat mempertahankan arus
dan rugi lesapan daya yang lebih besar.
1) Resistor
tetap
Resistor
tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap. Resistor
memiliki batas kemampuan daya misalnya: 1/8 w, 1/6 w, 1/4w, ½ w, 1 w, 5 w, dsb
yang berarti resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai
dengan kemampuan dayanya.
Gambar 2.1. Simbol resistor tetap
2) Resistor
tidak tetap (variable)
Resistor tidak tetap
adalah resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah atau tidak tetap.
Jenisnya yaitu hambatan geser, trimpot, dan potensiometer.
Gambar 2.2. Simbol resistor tidak tetap
b.
Kode Warna dan
Huruf Pada Resistor
Tidak
semua nilai resistansi sebuah resistor dicantumkan dengan lambang bilangan
melainkan dengan cincin kode warna. Banyaknya cincin kode warna pada setiap
resistor berjumlah 4 dan ada juga yang berjumlah 5. Resistansi yang mempunyai 5
cincin terdiri dari cincin 1, 2 dan 3 adalah cincin digit, cincin 4 sebagai
pengali serta cincin 5 adalah toleransi. Resistansi yang mempunyai 4 cincin
terdiri dari cincin 1, 2 adalah sebagai digit, cincin 3 adalah cincin pengali
dan cincin 4 sebagai toleransi.
Table 2.5. Kode warna pada
resistor
Pita/cincin ke 1
|
Pita/cincin ke 2
|
Pita/cincin ke 3
|
Pita/cincin ke 4
|
||||
Warna
|
Angka
|
Warna
|
Angka
|
Warna
|
Angka
|
Warna
|
Angka
|
Hitam
|
-
|
Hitam
|
0
|
Hitam
|
-
|
Hitam
|
± 20 %
|
Coklar
|
1
|
Coklar
|
1
|
Coklar
|
101
|
Coklar
|
± 1 %
|
Merah
|
2
|
Merah
|
2
|
Merah
|
102
|
Merah
|
-
|
Orange
|
3
|
Orange
|
3
|
Orange
|
103
|
Orange
|
-
|
Kuning
|
4
|
Kuning
|
4
|
Kuning
|
104
|
Kuning
|
-
|
Hijau
|
5
|
Hijau
|
5
|
Hijau
|
105
|
Hijau
|
± 5 %
|
Biru
|
6
|
Biru
|
6
|
Biru
|
106
|
Biru
|
-
|
Ungu
|
7
|
Ungu
|
7
|
Ungu
|
107
|
Ungu
|
-
|
Abu-abu
|
8
|
Abu-abu
|
8
|
Abu-abu
|
108
|
Abu-abu
|
-
|
Putih
|
9
|
Putih
|
9
|
Putih
|
109
|
Putih
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Emas
|
10-1
|
Emas
|
± 5 %
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Perak
|
10-2
|
Perak
|
± 10 %
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tanpa warna
|
10-3
|
Tanpa warna
|
± 20 %
|
Kode Huruf
1)
Huruf I menyatakan nilai resistor dan tanda koma
desimal.
Jika huruf I adalah : R artinya x 1(kali satu) ohm
K artinya x 103 (kali 1000) ohm
M artinya x 106 (kali 1000000) ohm
2)
Huruf II menyatakan toleransi
Jika huruf II adalah : J
artinya toleransi ± 5 %
K artinya toleransi ± 10 %
M artinya toleransi ± 20 %
(Ahmad J;
2007: 5-8)
2.
Kapasitor
Kapasitor
adalah komponen elektrik yang berfungsi untuk menyimpan muatan listrik.
Kemampuan untuk menyimpan muatan listrik pada kapasitor disebuat dengan
kapasitansi atau kapasitas. Besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor
dinyatakan dalam farad.
Kapasitor
seperti juga resistor nilai kapasitansinya ada yang dibuat tetap dan ada yang
variabel.
Gambar 2.4. Aneka
ragam kapasitor
a. Kapasitor Tetap
Kapasitor yang mempunyai
kapasitansi yang tetap. Jenis-jenis kapasitor tetap antara lain :
1)
Kapasitor polar
Kapasitor
elektrolit dan kapasitor tantalum adalah kapasitor yang mempunyai kutub atau
polar, sering disebut juga dengan nama kapasitor polar. Mengapa kapasitor ini
dapat memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan
elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.
+ -
Gamar 2.5. Kapasitor
elco
2)
Kapasitor non polar
Kapasitor non polar adalah kelompok
kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan mika,
biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi tinggi.
Gambar 2.6. Kapasitor
mika
b. Kapasitor Tidak tetap
(variable)
Kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat
berubah-ubah, seperti: Kapasitor dielektrikum udara, kapasitansinya berubah
dari nilai maksimum ke minimum. Kapasitor variabel sering kita jumpai pada rangkaian
pesawat penerima radio dibagian penala dan osilator.
Nilai kapasitansi satu Farad menunjukkan
bahwa kapasitor memiliki kemampuan untuk menyimpan satu coulomb pada tegangan
satu volt. Kapasitor pada power supply menggunakan kapasitan sebesar 4700 µF. Sedang
circuit pada radio sering menggunakan besar kapasitan di bawah 10pF. Waktu yang
dibutuhkan kapasitor untuk mencapai pengisian optimal tergantung pada besarnya
nilai kapasitansi dan resistansi. Formulanya :
T = R x C T = time ( waktu dalam detik)
R =
resistansi (dalam ohm)
C = Kapasitansi (dalam Farad)
Formula ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 63
% nilai tegangan pada sumber. Yang perlu diperhatikan adalah kapasitor akan
melewatkan arus AC bukan DC. Dalam rangkaian elektronika ini merupakan hal yang
penting.
Pass AC
3.
Diode
Diode adalah komponen elektronika
semikonduktor yang
mengalirkan arus satu arah saja. Dioda terbuat dari Germanium atau Silicon yang
lebih dikenal dengan Dioda Junction,
sering disebut sebagai komponen 2 lapis (lapis N dan P) dan secara fisik
digambarkan :
Gambar 2.7.
Diode rectifier
Secara umum semua diode memiliki konstruksi
dan prinsip kerja yang sama. Semua diode terbentuk oleh sambungan PN yang
secara fisik diode dikenali melalui nama
elektrodenya yang khas yaitu : anode dan katode. Diode dibedakan menurut
fungsinya, disini dalam refresentasi simbolik dilukiskan secara berbeda
demikian pula karakteristiknya. (forward bias).
Jenis Diode Fungsi Simbol
Rectifier penyearah
Zener regulator
LED display
Fotodiode sensor
cahaya
Schothly saklar
kec.tinggi
Tunnel osilator
Varaktor variable
kapasitor
a)
Diode rectifier
Kerja diode ini berdasarkan
efek penyearahan, yaitu akan melewatkan arus pada bias forward dan menahan arus
pada bias reverse. Ada
2 tipe penyearah, yaitu:
(1)
penyearah
½ gelombang (half wave rectifier)
(2)
penyearah
gelombang penuh.
b)
Tipe Bridge
Dioda bridge pada dasarnya
merupakan gabungan dari diode rectifier yang digunakan sebagai penyearah
gelombang penuh, yang dirangkai seperti gambar di bawah ini.
2.8. Diode bridge
c)
Diode Zener
Pada dasarnya diode zener
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan diode rectifier yaitu memiliki
karakteristik maju dan mundur. Pada diode zener bias maju nilai Vji ≈ 0
sedangkan pada bias mundur pada saat terjadi gejala yang serupa breakdown pada
diode rectifier, diode zener akan menghantarkan tanpa kerusakan, tegangan ini
disebut tegangan zener
4.
Trnsistor
Transistor adalah komponen elektronika
multitermal, biasanya memiliki 3 terminal. Secara harfiah, kata ‘Transistor’
berarti ‘Transfer resistor’, yaitu suatu komponen yang nilai resistansi antara
terminalnya dapat diatur. Secara umum transistor terbagi dalam 3 jenis :
1. Transistor
Bipolar
2. Transistor
Unipolar
3. Transistor
Unijunction
Transistor bipolar bekerja dengan 2 macam
carrier, sedangkan unipolar satu macam saja, hole atau electron. Beberapa
perbandingan transistor bipolar dan unipolar :
Table 2.6. Perbandingan transistor bipolar
dan unipolar
Kategori
|
Bipolar
|
Unipolar
|
Dimensi
Daya
BW
Respon
Input
Inpendansi
In
|
Besar
Besar
Lebar
Tinggi
Arus
Sedang
|
Kecil
Kecil
Sempit
Sedang
Tegangan
tinggi
|
Pada transistor bipolar, arus yang mengalir
berupa arus lubang (hole) dan arus electron atau berupa pembawa muatan mayoritas
dan minoritas. Transistor
bipolar biasanya digunakan sebagai saklar
elektronik dan penguat pada rangkaian elektronika digital. Transistor memiliki
3 terminal. Transistor biasanya dibuat dari bahan silikon atau germanium. Tiga
kaki yang berlainan membentuk transistor bipolar adalah emitor, basis dan
kolektor. Mereka dapat dikombinasikan menjadi jenis N-P-N atau P-N-P yang
menjadi satu sebagai tiga kaki transistor. Gambar di bawah memperlihatkan
bentuk dan simbol untuk jenis NPN dan PNP. (Transistor NPN, panah emitor
arahnya keluar, sebaliknya Transistor PNP arah panahnya kedalam).
Gambar 2.9. Simbol
Transistor NPN dan PNP
Transistor di desain dari pemanfaatan sifat
diode, arus menghantar dari diode dapat dikontrol oleh electron yang
ditambahkan pada pertemuan PN diode. Dengan penambahan elekdiode pengontrol
ini, maka diode semi-konduktor dapat dianggap dua buah diode yang mempunyai
electrode bersama pada pertemuan. Junction semacam ini disebut transistor
bipolar dan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.10. Transistor gabungan dari 2
diode
Dengan memilih electrode pengontrol dari
type P atau type N sebagai electrode persekutuan antara dua diode, maka
dihasilkan transistor jenis PNP dan NPN Transistor dapat bekerja apabila diberi
tegangan, tujuan pemberian tegangan pada transistor adalah agar transistor
tersebut dapat mencapai suatu kondisi menghantar atau menyumbat. Baik
transistor NPN maupun PNP tegangan antara emitor dan basis adalah forward bias,
sedangkan antara basis dengan kolektor adalah reverse bias.
Pada rangkaian elektronik, sinyal inputnya adalah 1 atau 0 ini selalu
dipakai pada basis transistor, yang mana kolektor dan emitor sebagai penghubung
untuk pemutus (short) atau sebagai pembuka rangkaian. Aturan/prosedur
transistor sebagai berikut:
·
Pada
transistor NPN, memberikan tegangan positif dari basis ke emitor,
menyebabkan hubungan kolektor ke emitter terhubung singkat, yang
menyebabkan transistor aktif (on). Memberikan tegangan negatif atau
0 V dari basis ke emitor menyebabkan hubungan kolektor dan emitor
terbuka, yang disebut transistor mati (off)
·
Pada
transistor PNP, memberikan tegangan negatif dari basis ke emitor
ini akan menyalakan transistor (on), dan memberikan tegangan
positif atau 0 V dari basis ke emitor ini akan membuat transistor mati
(off).
Gambar 2.11. Macam-macam transistor
5.
LDR
Light Dipendent Resistance
(LDR) adalah komponen elektronik yang resistansinya akan menurun jika ada penambahan
intensitas cahaya yang mengenainya. Pada dasarnya LDR mempunyai sifat yang sama dengan resistor, hanya saja
nilai resistansi dari LDR berubah-ubah sesuai dengan tingkat intensitas cahaya
yang diterimanya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR
sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari
bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari
cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus
listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.
LDR digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik.
Saklar cahaya otomatis dan alarm pencuri adalah beberapa contoh alat yang
menggunakan LDR. Akan tetapi karena responsnya terhadap cahaya cukup
lambat, LDR tidak digunakan pada situasi dimana intesitas cahaya berubah secara
drastis.
Gambar 2.12. LDR (Light
Dipendent Resistance)
(Anonim
dalam http://www.electronicandlife... ; 2010)